Minggu, 19 Maret 2017

TAFSIR AYAT-AYAT SINCE-Penafsiran ayat-ayat tentang matahari, bulan, bintang.

Bab I
Pendahuluan
A.   Latar belakang
Kalender Hijriah dibangun berdasarkan fenomena astronomi, gerak bumi bulan dan matahari sebagai objek utama perhitungan dan semuanya tertulis didalam Al Quran. Hingga saat ini kalender Hijriah masih mengalami hambatan unifikasi. Permasalahan yang ada misalnya kalender hanya berlaku lokal yang bisa berbeda beda antara beberapa Negara atau konsep kalender global belum mendapat pengakuan sebagai kalender untuk ibadah karena garis tanggal tidak mengikuti hilal. Kini muncul peluang unifikasi melalui rekayasa sistem berdasarkan Quran dan Hadits melalui penentuan awal bulan dengan fase bulan.
Selain itu, penegetahuan tentang matahari sebagai salah satu pusat tata surya yang mempunyai peranan sangat besar, antara lain matahari sebagai pusat peredaran dan sebagai sumber tenaga dilingkungan tata surya. Matahari adalah  bola gas zat asam luar biasa besarnya dan bernyala. Diameter matahari kira-kira 1.400.000 km, luas permukaannya 325 kali permukaan bumi. Beratnya 333.420  kali berat bumi. Temperatur bagian dalam  tubuh matahari sekitar 14.000.000 derajat celsius, sedangkan temperatur permukaannya itu 6000 derajat celsius. Permukaan matahari melemparkan lidah api sepanjang tahun setinggi setengah juta km. Lidah api matahari memancarkan ke seluruh jagat raya terus menerus dengan kekuatan 1674 ribu tenaga kuda setiap meter persegi. Meskipun demikian telah ditemukan bahwasanya terdapat benda langit yang besar ukuranya melebihi ukuran Matahari dengan ukuran yang berribu-ribu bahwa berjuta-juta kali lipat besar Bumi.
Adapun panas matahari yang sampai ke bumi ini hanya sebagian kecil saja tidak lebih dari seperdua juta bagian.  menurut pengamat ahli ilmu falak, matahari adalah bintang-bintang di langit tapi bukan termasuk bintang yang terbesar. Pada permukaan  matahari itu bertiuplah angin yang sangat kencang, mengandung listrik dan magnet yang sangat kuat.
Pada matahari terdapat rahasia-rahasia yang tersembunyi yang selalu menunjukkan dan merupakan tempat penaksiran orang-orang pandai. Matahari inilah yang dianggap Tuhan oleh orang beragama Majusi di India sampai sekarang. Matahari bukan hanya sumber cahaya, tapi juga merupakan sumbu yang mengatur perjalanan bintang-bintang dan yang meenjadi sumber kehidupan kita.
Matahari ini telah menghabiskan 4 ton kalori tiap detik untuk pembakaran, dan senantiasa memperbaharui lagi baik beratnya maupun volumenya. Sinar yang dipancarkan oleh matahari ke seluruh jagat raya ini berkekuatan 5000 biliun bom atom setiap detik. Matahari ini menjadi salah satu tanda tentang adanya Tuhan yang maha Esa. Matahari sebenarnya hanyalah bintang-bintang yang lebih besar volumenya, lebih cepat dan leebih banyak titik perhatian orang.[1]
Rumusan Masalah
1.      Macam-macam benda langit
2.      Penafsiran ayat-ayat tentang matahari, bulan, bintang.
3.      Penjelasan benda-benda langit yang belum diketahui












Bab II
Pembahasan
1.    Macam-macam Benda Langit
Dalam pembahasan kali ini kita akan membahas tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan sistem tata surya yaitu, matahari, bintang-bintang, dan juga benda-benda langit lainnya, baik yang sudah diketahui maupun belum diketahui. Adapun ayat yang membahas tentang matahari terdapat dalam beberapa surat, yakni surat arrahman :5,
الشمس والقمر بحسبان
Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan
Sebelum kita membahas penafsiran, alangkah baiknya kita mengetahui macam-macam benda langit.



A.   Macam-macam benda langit
a)      Galaksi (alburuj)
Al-qur’an mengistilahkan galaksi atau gugusan bintang dengan kata alburuj (lihat Qs. Al-buruj/85:1). Galaksi merupakan Suatu sistem dari himpunan besar yang terdiri dari bintang-bintang yang jumlahnya jutaan, bahkan milyaran. Hornby mendefinisikan galaksi sebagai beberapa kelompok besar gugusan bintang-bintang di angkasa luar yang menghimpun tata surya kita.
Galaksi yang menghimpun tata surya ini biasa disebut dengan galaksi bima sakti atau milki way.
b)      Bintang (an Najm)
Bintang adalah benda langit luar angkasa yang memiliki ukuran besar dan memancarkan cahaya sebagai sumber cahaya.
Bintang didalam al-qur’an biasa disebut sebagai al-najm , jamaknya al-nujum. Term lain yang digunakan dalam al-qur’an adalah kaukaba (jamak: kawakib). Dalam al-qur’an surat al thariq/86:1-3 dijelaskan bahwa bintang mempunyai cahaya sendiri yang mampu menembus ruang angkasa, dan cahayanya memancar sampai dipermukaan bumi yang dapat dilihat oleh penglihatan mata pada waktu malam  hari.[2]
c)      Planet
Benda langit yang mengelilingi bintang sebagai pusat tata surya. Planet tidak dapat menghasilkan cahaya sendiri namun dapat memantulkan cahaya. Planet yang dekat dengan bumi dapat kita lihat setiap hari dengan mata seperti planet venus atau biasa disebut sebagai bintang fajar.
d)     Satelit
Benda yang mengelilingi planet yang memiliki orbit peredaran sendiri.satelit bersama planet yang  dikelilinginya secara bersama-sama mengelilingi bintang.
e)      Komet
Benda langit yang mengelilingi matahari. Komeet memiliki orbit garis edar sendiri yang bentuknya sangat lonjong. Komet biasa disebut sebagai bintang berekor karena sifatnya yang bercahaya terang dan memiliki eekor gas debu yang sangat panjang.
f)       Meteor
Benda langit yang masuk ke dalam wilayah atmosfer bumi yang mengakibatkan terjadinya gesekan permukaan meteor dengan udara dalam kecepatan tinggi. Akibatnya menimbulkan pijaran api dan  cahaya yang dari kejauhan seperti bintang jatuh.
g)      Meteorit
Benda-benda diluar angkasa dengan kecepatan yang cepat. Jumlah meteorit di luar angkasa tidak terhitung kareena sangat banyak dan beragam bentuk, jenis, bahan kandungan, warna, dan sifat.
h)      Asteroid
Pernah disebut sebagai planet minor atau planetoid, adalah benda berukuran lebih  kecil daripada planet, tetapi lebih besar dari pada meteroit, umumnya terdapat ddi bagian dalam  tata surya (lebih dalam dari orbit planet neptunus) asteroid berbeda dengan komet dari penampakan  visualnya. Komet menampakkan koma (ekor) sedangkan asteroid tidak. 
B.   Penafsiran tentang matahari, bulan dan bintang
Kita mengetahui bahwa matahari adalah suatu bintang yang memprodusir panas yang hebat serta cahaya, karena terjadi pembakaran didalamnya, dan kita mengetahui behwa bulan yang tidak mempunyai cahaya dari dirinya sendiri. Matahari adalah cahaya (dhiya’) dan bulan adalah terang (nur).
Menurut kamus arab perancis karangan Kazimerski,  Dhiya’ berarti menyala, mengkilat. Akan tetapi perbedaan antara matahari dan bulan dijelaskan dalam surat al furqon ayat 61:
تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيرًا (الفرقان: 61)
“ maha suci Allah yang menjadikan di langit gugusan: bintang, dan dia (Allah) jadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.”
Dalam ayat tersebut bulan dilukiskan sebagai benda yang menyinari (munir), sedangkan matahari dibandingkan dengan pelita (siraj) atau lampu yang sangat kuat sinarnya (wahhaj) .[3]
Ayat diatas bertujuan untuk membuktikan keesaan Allah serta pengaturan dan pengendalianNya yang demikian mengagumkan terhadap alam langit dan bumi sehingga semua makhluk harus mengarah  kepadaNya.
Kata سِرَاجًا  siraj dari segi bahasa berarti pelita yang terang, maksudnya adalah Matahari. Di dalam tafsir al-misbah dijelaskan bahwa matahari adalah salah satu bintang yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Seperti halnya bintang-bintang lain, matahari bersinar dengan sendirinya karena interaksi atom yang ada didalamnya. Sinar matahari  yang timbul dari energi tersebut jatuh ke planet-planet, bumi, bulan, dan benda-benda langit lainnya yang tidak dapat bersinar. Karena bersifat menyinari, matahari disebut siraj.  Sedangkan bulan hanya memantulkan kembali cahaya yang ia terima dari matahari dan ia sendiri merupakan suatu bintang yang tidak berkegiatan, sedikitnya dilapisan-lapisannya yang diluar. Dalam teks Qur’an tak ada yang bertentangan dengan apa yang kit ketahui pada zaman kita ini tentang kedua benda samawi itu.[4]
Selain itu juga dijelaskan pda surat yunus ayat 5. Allah berfirman :
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (يونس:5)
“dialah yang menjadikan matahari bersinar  dan bulan bercahaya dan ditetapkannyamanzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu  mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaranNya) kepada orang-orang  yang mengetahui.”
Dalam penafsiran ayat tersebut terdapat  kata dhiya’ (bersinar) dalam berbagai bentuk untuk benda-benda yang cahayanya bersumber dari dirinya sendiri. Misal : api, kilat, dan minyak zaitun. Penggunaan kata tersebut untuk matahari membuktikan bahwa al-qur’an menginformasikan bahwa cahaya matahari bersumber dari dirinya sendiri. Ini berbeda dengan bulan yang sinarnya dinamai nur untuk mengisyaratkan bahwa sinar bulan bukan dari dirinya sendiri tapi pantulan dari cahaya matahari.
Allah berfirman dalam  surat ar-rahman ayat 5 :
الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ (الرحمن :5)
dan matahari dan langit (beredar) menurut perhitungan”
Ayat diatas menjelaskan bahwa Matahari bukanlah planet terbesar  di alam raya ini, sekian banyak benda-benda angkasa lain telah diketahui, besar dan panasnya melebihi matahari. Tetapi, karena makhluk hidup di bumi ini sangat tergantung kepada matahari, itulah yang disebut Tuhan disini. Demikian juga bulan yang mempunyai pengaruh yang tidak kecil dalam kehidupan di bumi, bukan saja dengan inspirasinya terhadap para penyair dan pencipta tetapi juga antara lain dalam  pasang dan surut air laut yang diakibatkannya dan berdampak  dalam kehidupan manusia.
Selain itu jugadalam tafsir al-misbah terdapat beberapa pendapat pakar  Mesir yang  berpendapat bahwa ayat tersebut menunjukkan bahwa “matahari dan bulan beredar sesuai dengan suatu sistem yang sangat akurat sejak awal penciptaannya. Hal  tersebut baru ditemukan manusia secara pasti belakangan  ini, sekitar 300 tahun yang lalu”.
Dalam penemuan tersebut menyatakan bahwa matahari yang kelihatannya mengelilingi bumi dan bulan yang juga mengelilingi bumi itu berada pada garis edarannya masing-masing mengikuti hukum gravitasi.  Posisi matahari dari bumi kita sejauh 92,5 juta mil. Seandainya lebih dekat dari itu, maka bumi kita akan meleleh atau menguap akibat panasnya, dan seandainya lebih jauh, maka bumi kita akan membeku karena kekurangan panas. Allah mengatur posisinya sedemikian rupa agar makhluk bumi dapat hidup dengan nyaman. Bulan pun demikian, seandainya posisinya lebih dekat ke bumi dari keadaannya sekarang, niscaya akan terjadi pasang yang diakibatkan oleh laut dan akan menenggelamkan bumi bersama seluruh penghuninya. Semua itu menunjukkan kekuasaan Allah dalam menetapkan perhitungan dan mengatur sistem alam raya, sekaligus membuktikan pula anugerahNya yang sangat besar bagi  umat manusia dan seluruh makhluk.[5]
Bintang-bintang
Bintang merupakan benda langit luar angkasa yang memiliki ukuran besar dan memancarkan cahaya. Bintang yang terdekat dengan bumi adalah matahari. Matahari dikelilingi oleh planet-planet anggota tata surya seperti planet bumi, merkurius, venus, mars , jupiter, saturnus, uranus, neptunus. 
Dalam bahasa arab bintang adalah Najm, disebutkan dalam qur’an 13 kali. Kata jamaknya “nujum”, akar kata itu berarti nampak. Kata itu menunjukkan suatu benda samawi yang dapat kita lihat dengan tidak mengerti lebih jauh apakah benda itu memancarkan cahaya atau hanya memberikan refleks daripada cahaya yang ia terima dari luar. Allah berfirman   dalam surat at-thariq 1-3 :
وَالسَّمَاءِ وَالطَّارِقِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الطَّارِقُ (2) النَّجْمُ الثَّاقِبُ (3)
Bintang dalam ayat diatas, pada waktu malam diberi sifat dalam al-qur’an dengan kata “tsaqib” artinya yang membakar, dan membakar diri sendiri dan yang menembus. Disini menembus kegelapan waktu malam. [6]
Pengetahuan umum
Bintang utharid, zuhrah, musytari, zuhal, uranus, neptunus, pluto, muzanib, syuhab, niazak dan sebagainya. Itulah bintang-bintang yang tidak terbilang  jumlahnya, jadi dapat dibayangkan bintang-bintang yang banyak ini akan terletak  pada daerah yang sempit, volume tiap-tiap bintang-bintang itu sebenarnya lebih besar dari apa yang diketahui orang sekarang ini.
Sebagai contoh bintang syu’ra yamaniah, yang besarnya lima ratus kali lebih besar dari matahari dan cahayanya lima puluh kali lebih dari cahaya matahari dan jauhnya berjuta-juta km dari  matahari. Bintang ini menurut peenglihatan mata orang di bumi tetap pada tempatnya, tidak berjalan dan tidak ada yang mengitariny, dia terletak pada jagat rayanya tersendiri. Bintang ini memancarkan cahaya dengan kecepatan seribu mil per detik. Anak bintang ini ada tiga buah yang mengiringnya, masing-masing bernama Maya, Katra, dan bintang Syihun, yang cahaya ketiga bintang ini melebihi cahaya matahari.
Bintang Maya cahayanya 400 kali cahaya matahari, bintang Katra 480 kali cahaya  matahari, dan bintang Syihun 1000 kali lipat cahaya matahari. Adapun bintang Syuhail cahayanya 150 kali lebih kuat dari cahaya matahari.  Demikian juga dengan bintang Majaratuz Zugra yang tidak tampak oleh mata tanpa adanya alat, yang pada hakikatnya lebih besar dari matahari.
Adapun Samukaramih yaitu bintang yang terletak di batas alam  kita, bintang ini lebih cepat jalannya dan lebih besar volumenya. Kecepatannya diperkirakan 370 mil dalam satu detik dan cahayanya delapan ribu kali lipat dari cahaya matahari, sedangkan besar volumenya 800 kali lebih besar dari matahari.
Benda-benda langit yang belum dikenal
Adapun benda- benda langit lainnya yang belum dikenal jagat raya ini jumlahnya sama dengan jumlah bintang-bintang. Diantara bintang-bintang yang dikenal itu telah disingkapkan oleh Dr. Syamdad pada malam tanggal 24 november 1876, dalam sekelompok gugusan bintang-bintang di langit ada sebuah bintang yang bernama “Nafasini” gugusan ini empat hari sebelumnya telah diteropong, tapi pada malam ke empat dia baru menampakkan. Bintang ini tampak pada tempat yang paling jauh, bintang  nafasini terletak pada derajat ketiga dari derajat orbit bintang-bintang.
Pada akhir tahun 1976, stasiun teropong bintang mengumumkan ada orang yang menampak bintang Wailidi, nama ini diambil dari nama orang yang menyingkapkan rahasia ini. Bintang ini baru saja lahir diantara bintang-bintang yang banyak itu. Selama beberapa hari bintang ini memancarkan sinar yang kuat, sayangnya bintang ini berakhir dengan mendadak, karena itu sampai sekarang bintang ini masih menjadi penyelidikan ahli-ahli ilmu falak.[7]













BAB III
PENUTUP
A.      Ringkasan
Seperti yang kita sepakati bersama, bahwa Al-Qur’an merupakan sumber dari berbagai ilmu pengetahuan yang ditempatkan sebagai petunjuk untuk mengetahui berbagai hal. Hal ini dikarenakan Al-Qur’an merupakan karya peling terindah dari Allah sang nyan Penguasa serta Pelindung Jagad Raya, dalam makna, arti yang terkandung didalamnya.
Karena itu, perkembangan pencarian ilmu pengetahuan yang tersirat maupun tersurat -penfsiran- mengalami perkembangan cara mengetahui semua itu, tidak terkecuali pengetahuan astronomi.
Alhasil, pengetahaun astronimi merupakan salah satu sel makna yang terkandung dalam rentetan ayat-ayat Al Qur’an. Maka dari itu, pencarian makna ini terkenal dalam macam penafsiran, sebagai tafsir ilmi. Perlu diketahui, penafsiran ini bukanlah final dari makna yang dapat digali dari ayat-ayat pencerah itu (Al-Qur’an). Tentulah, seiring dengan perkembangan waktu, berkembang pula metode, konsep dan terori yang digunakan uncu mengali makna yang terkandung dalam ayat-ayat pencerah ini, dimungkinkan akan masih ada macam-macam nama tafsir yang lahir dari metode, cara baca teori dan konsep lainya.
Asstronomi, merupakan cabang keilmuan yang membahas persoalan anatariksa dan hal yang berkaitan  dengannya. Bukan tidak mungkin sesuatu yang tanpak oleh panca indra tidak dapat diketahui, dimengeri, dibaca, dipahami bahkan dibuktikan keotentikannya, seperti halnya cabang keilmuan Astronomi.
Adapun korelasi apa yang terdapat antara teks AlQur’an dengan cabang keilmuan Astronomi?, yaitu sebagai kandungan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan pengetahuan Astronomi sebagai pembukti kebenaran secara ilmiah dan moderen atas apa saja yang terkandung dalam Al-Qur’an, bahwa Al-Qur’an riil sebagai wahyu Illahi tanpa tendensi asumsi campur tanggan makhluq-Nya, bukan juga pemaksaan penafsiran atapun makna.
B.     Daftar pustaka
Abdul razaq naufal, allah dari segi ilmu pengetahuan modern (surabaya : pt bina ilmu) 1983
Nor Ichwan. Muhammad, tafsir ‘ilmiy : memahami al-qur’an melalui pendekatan sains modern (jogjakarta: menara kudus jogja), 2004
M. quraish shihab, tafsir al-misbah,( jakarta): lentera hati, 2002


[1] Abdul razaq naufal, allah dari segi ilmu pengetahuan modern, hal 30
[2] Nor Ichwan. Muhammad, tafsir ‘ilmiy : memahami al-qur’an melalui pendekatan sains modern, hal. 206
[3] Bibel, Qur’an dan sains modern, terjemahan H.M. rasjidi, Hal 226
[4]Ibid, Hal 227
[5] M. Quraish shihab, Tafsir al-misbah, jilid 5 dan 13
  [6] bibel, qur’an dan sains modern, terjemahan prof.Dr. H.M. Rasjidi, hal 227
[7] Allah dari segi ilmu pengetahuan modern

Tidak ada komentar:

Posting Komentar