Bab I
Pendahuluan
A.
Latar belakang
Kalender Hijriah dibangun berdasarkan fenomena
astronomi, gerak bumi bulan dan matahari sebagai objek utama perhitungan dan
semuanya tertulis didalam Al Quran. Hingga saat ini kalender Hijriah masih
mengalami hambatan unifikasi. Permasalahan yang ada misalnya kalender hanya
berlaku lokal yang bisa berbeda beda antara beberapa Negara atau konsep
kalender global belum mendapat pengakuan sebagai kalender untuk ibadah karena
garis tanggal tidak mengikuti hilal. Kini muncul peluang unifikasi melalui
rekayasa sistem berdasarkan Quran dan Hadits melalui penentuan awal bulan
dengan fase bulan.
Selain itu, penegetahuan tentang matahari sebagai salah satu pusat tata surya yang mempunyai peranan sangat besar,
antara lain matahari sebagai pusat peredaran dan sebagai sumber tenaga
dilingkungan tata surya. Matahari adalah
bola gas zat asam luar biasa besarnya dan bernyala. Diameter matahari
kira-kira 1.400.000 km, luas permukaannya 325 kali permukaan bumi. Beratnya 333.420
kali berat bumi. Temperatur bagian
dalam tubuh matahari sekitar 14.000.000 derajat celsius, sedangkan
temperatur permukaannya itu 6000 derajat celsius. Permukaan matahari
melemparkan lidah api sepanjang tahun setinggi setengah juta km. Lidah api
matahari memancarkan ke seluruh jagat raya terus menerus dengan kekuatan 1674
ribu tenaga kuda setiap meter persegi. Meskipun
demikian telah ditemukan bahwasanya terdapat benda langit yang besar ukuranya
melebihi ukuran Matahari dengan ukuran yang berribu-ribu bahwa berjuta-juta
kali lipat besar Bumi.
Adapun panas matahari yang sampai ke bumi
ini hanya sebagian kecil saja tidak lebih dari seperdua juta bagian. menurut pengamat ahli ilmu falak, matahari
adalah bintang-bintang di langit tapi bukan termasuk bintang yang terbesar.
Pada permukaan matahari itu bertiuplah
angin yang sangat kencang, mengandung listrik dan magnet yang sangat kuat.
Pada matahari
terdapat rahasia-rahasia yang tersembunyi yang selalu menunjukkan dan merupakan
tempat penaksiran orang-orang
pandai. Matahari inilah yang dianggap Tuhan oleh orang beragama Majusi di India
sampai sekarang. Matahari bukan hanya sumber cahaya, tapi juga merupakan sumbu
yang mengatur perjalanan bintang-bintang dan yang meenjadi sumber kehidupan
kita.
Matahari ini
telah menghabiskan 4 ton kalori tiap detik untuk pembakaran, dan senantiasa
memperbaharui lagi baik beratnya maupun volumenya. Sinar yang dipancarkan oleh
matahari ke seluruh jagat raya ini berkekuatan 5000 biliun bom atom setiap
detik. Matahari ini menjadi salah satu tanda tentang adanya Tuhan yang maha
Esa. Matahari sebenarnya hanyalah bintang-bintang yang lebih besar volumenya,
lebih cepat dan leebih banyak titik perhatian orang.[1]
Rumusan
Masalah
1.
Macam-macam benda langit
2.
Penafsiran ayat-ayat tentang
matahari, bulan, bintang.
3.
Penjelasan benda-benda langit yang
belum diketahui
Bab II
Pembahasan
1. Macam-macam Benda
Langit
Dalam pembahasan kali ini kita akan
membahas tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan sistem tata surya yaitu,
matahari, bintang-bintang, dan juga benda-benda langit lainnya, baik yang sudah diketahui maupun belum diketahui. Adapun ayat yang membahas tentang matahari terdapat dalam
beberapa surat, yakni surat arrahman :5,
الشمس والقمر بحسبان
Matahari dan bulan
(beredar) menurut perhitungan
Sebelum kita membahas penafsiran,
alangkah baiknya kita mengetahui macam-macam benda langit.
A.
Macam-macam benda
langit
a)
Galaksi (alburuj)
Al-qur’an
mengistilahkan galaksi atau gugusan bintang dengan kata alburuj (lihat Qs.
Al-buruj/85:1). Galaksi merupakan Suatu sistem dari himpunan besar yang terdiri
dari bintang-bintang yang jumlahnya jutaan, bahkan milyaran. Hornby
mendefinisikan galaksi sebagai beberapa kelompok besar gugusan bintang-bintang
di angkasa luar yang menghimpun tata surya kita.
Galaksi yang menghimpun
tata surya ini biasa disebut dengan galaksi bima sakti atau milki way.
b)
Bintang (an Najm)
Bintang adalah
benda langit luar angkasa yang memiliki ukuran besar dan memancarkan cahaya
sebagai sumber cahaya.
Bintang
didalam al-qur’an biasa disebut sebagai al-najm , jamaknya al-nujum. Term lain
yang digunakan dalam al-qur’an adalah kaukaba (jamak: kawakib). Dalam al-qur’an
surat al thariq/86:1-3 dijelaskan bahwa bintang mempunyai cahaya sendiri yang
mampu menembus ruang angkasa, dan cahayanya memancar sampai dipermukaan bumi
yang dapat dilihat oleh penglihatan mata pada waktu malam hari.[2]
c)
Planet
Benda
langit yang mengelilingi bintang sebagai pusat tata surya. Planet tidak dapat
menghasilkan cahaya sendiri namun dapat memantulkan cahaya. Planet yang dekat
dengan bumi dapat kita lihat setiap hari dengan mata seperti planet venus atau
biasa disebut sebagai bintang fajar.
d)
Satelit
Benda
yang mengelilingi planet yang memiliki orbit peredaran sendiri.satelit bersama
planet yang dikelilinginya secara
bersama-sama mengelilingi bintang.
e)
Komet
Benda
langit yang mengelilingi matahari. Komeet memiliki orbit garis edar sendiri
yang bentuknya sangat lonjong. Komet biasa disebut sebagai bintang berekor
karena sifatnya yang bercahaya terang dan memiliki eekor gas debu yang sangat
panjang.
f)
Meteor
Benda
langit yang masuk ke dalam wilayah atmosfer bumi yang mengakibatkan terjadinya
gesekan permukaan meteor dengan udara dalam kecepatan tinggi. Akibatnya
menimbulkan pijaran api dan cahaya yang
dari kejauhan seperti bintang jatuh.
g)
Meteorit
Benda-benda
diluar angkasa dengan kecepatan yang cepat. Jumlah meteorit di luar angkasa
tidak terhitung kareena sangat banyak dan beragam bentuk, jenis, bahan
kandungan, warna, dan sifat.
h)
Asteroid
Pernah
disebut sebagai planet minor atau planetoid, adalah benda berukuran lebih kecil daripada planet, tetapi lebih besar
dari pada meteroit, umumnya terdapat ddi bagian dalam tata surya (lebih dalam dari orbit planet
neptunus) asteroid berbeda dengan komet dari penampakan visualnya. Komet menampakkan koma (ekor)
sedangkan asteroid tidak.
B.
Penafsiran tentang matahari, bulan
dan bintang
Kita mengetahui bahwa matahari adalah suatu
bintang yang memprodusir panas yang hebat serta cahaya, karena terjadi
pembakaran didalamnya, dan kita mengetahui behwa bulan yang tidak mempunyai
cahaya dari dirinya sendiri. Matahari adalah cahaya (dhiya’) dan bulan adalah
terang (nur).
Menurut kamus
arab perancis karangan Kazimerski,
Dhiya’ berarti menyala, mengkilat. Akan tetapi perbedaan antara matahari
dan bulan dijelaskan dalam surat al furqon ayat 61:
تَبَارَكَ
الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا
مُنِيرًا (الفرقان: 61)
“
maha suci Allah yang menjadikan di langit gugusan: bintang, dan dia (Allah)
jadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.”
Dalam
ayat tersebut bulan dilukiskan sebagai benda yang menyinari (munir),
sedangkan matahari dibandingkan dengan pelita (siraj) atau lampu yang
sangat kuat sinarnya (wahhaj) .[3]
Ayat
diatas bertujuan untuk membuktikan keesaan Allah serta pengaturan dan
pengendalianNya yang demikian mengagumkan terhadap alam langit dan bumi
sehingga semua makhluk harus mengarah
kepadaNya.
Kata سِرَاجًا siraj dari
segi bahasa berarti pelita yang terang, maksudnya adalah Matahari. Di dalam
tafsir al-misbah dijelaskan bahwa matahari adalah salah satu bintang yang tidak
terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Seperti halnya bintang-bintang lain,
matahari bersinar dengan sendirinya karena interaksi atom yang ada didalamnya.
Sinar matahari yang timbul dari energi
tersebut jatuh ke planet-planet, bumi, bulan, dan benda-benda langit lainnya
yang tidak dapat bersinar. Karena bersifat menyinari, matahari disebut siraj. Sedangkan bulan hanya memantulkan kembali
cahaya yang ia terima dari matahari dan ia sendiri merupakan suatu bintang yang
tidak berkegiatan, sedikitnya dilapisan-lapisannya yang diluar. Dalam teks
Qur’an tak ada yang bertentangan dengan apa yang kit ketahui pada zaman kita
ini tentang kedua benda samawi itu.[4]
Selain
itu juga dijelaskan pda surat yunus ayat 5. Allah berfirman :
هُوَ
الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ
لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلَّا
بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (يونس:5)
“dialah
yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkannyamanzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu,
supaya kamu mengetahui bilangan tahun
dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan
dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaranNya) kepada orang-orang yang mengetahui.”
Dalam
penafsiran ayat tersebut terdapat kata
dhiya’ (bersinar) dalam berbagai bentuk untuk benda-benda yang cahayanya
bersumber dari dirinya sendiri. Misal : api, kilat, dan minyak zaitun.
Penggunaan kata tersebut untuk matahari membuktikan bahwa al-qur’an
menginformasikan bahwa cahaya matahari bersumber dari dirinya sendiri. Ini
berbeda dengan bulan yang sinarnya dinamai nur untuk mengisyaratkan
bahwa sinar bulan bukan dari dirinya sendiri tapi pantulan dari cahaya
matahari.
Allah
berfirman dalam surat ar-rahman ayat 5 :
الشَّمْسُ
وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ (الرحمن :5)
“ dan
matahari dan langit (beredar) menurut perhitungan”
Ayat
diatas menjelaskan bahwa Matahari bukanlah planet terbesar di alam raya ini, sekian banyak benda-benda
angkasa lain telah diketahui, besar dan panasnya melebihi matahari. Tetapi,
karena makhluk hidup di bumi ini sangat tergantung kepada matahari, itulah yang
disebut Tuhan disini. Demikian juga bulan yang mempunyai pengaruh yang tidak
kecil dalam kehidupan di bumi, bukan saja dengan inspirasinya terhadap para
penyair dan pencipta tetapi juga antara lain dalam pasang dan surut air laut yang diakibatkannya
dan berdampak dalam kehidupan manusia.
Selain
itu jugadalam tafsir al-misbah terdapat beberapa pendapat pakar Mesir yang
berpendapat bahwa ayat tersebut menunjukkan bahwa “matahari dan bulan
beredar sesuai dengan suatu sistem yang sangat akurat sejak awal penciptaannya.
Hal tersebut baru ditemukan manusia
secara pasti belakangan ini, sekitar 300
tahun yang lalu”.
Dalam
penemuan tersebut menyatakan bahwa matahari yang kelihatannya mengelilingi bumi
dan bulan yang juga mengelilingi bumi itu berada pada garis edarannya
masing-masing mengikuti hukum gravitasi.
Posisi matahari dari bumi kita sejauh 92,5 juta mil. Seandainya lebih
dekat dari itu, maka bumi kita akan meleleh atau menguap akibat panasnya, dan
seandainya lebih jauh, maka bumi kita akan membeku karena kekurangan panas.
Allah mengatur posisinya sedemikian rupa agar makhluk bumi dapat hidup dengan
nyaman. Bulan pun demikian, seandainya posisinya lebih dekat ke bumi dari
keadaannya sekarang, niscaya akan terjadi pasang yang diakibatkan oleh laut dan
akan menenggelamkan bumi bersama seluruh penghuninya. Semua itu menunjukkan
kekuasaan Allah dalam menetapkan perhitungan dan mengatur sistem alam raya,
sekaligus membuktikan pula anugerahNya yang sangat besar bagi umat manusia dan seluruh makhluk.[5]
Bintang-bintang
Bintang
merupakan benda langit luar angkasa yang memiliki ukuran besar dan memancarkan
cahaya. Bintang yang terdekat dengan bumi adalah matahari. Matahari dikelilingi
oleh planet-planet anggota tata surya seperti planet bumi, merkurius, venus,
mars , jupiter, saturnus, uranus, neptunus.
Dalam
bahasa arab bintang adalah Najm, disebutkan dalam qur’an 13 kali. Kata jamaknya
“nujum”, akar kata itu berarti nampak. Kata itu menunjukkan suatu benda samawi
yang dapat kita lihat dengan tidak mengerti lebih jauh apakah benda itu
memancarkan cahaya atau hanya memberikan refleks daripada cahaya yang ia terima
dari luar. Allah berfirman dalam surat at-thariq 1-3 :
وَالسَّمَاءِ وَالطَّارِقِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الطَّارِقُ (2)
النَّجْمُ الثَّاقِبُ (3)
Bintang
dalam ayat diatas, pada waktu malam diberi sifat dalam al-qur’an dengan kata
“tsaqib” artinya yang membakar, dan membakar diri sendiri dan yang menembus.
Disini menembus kegelapan waktu malam. [6]
Pengetahuan
umum
Bintang
utharid, zuhrah, musytari, zuhal, uranus, neptunus, pluto, muzanib, syuhab,
niazak dan sebagainya. Itulah bintang-bintang yang tidak terbilang jumlahnya, jadi dapat dibayangkan
bintang-bintang yang banyak ini akan terletak
pada daerah yang sempit, volume tiap-tiap bintang-bintang itu sebenarnya
lebih besar dari apa yang diketahui orang sekarang ini.
Sebagai contoh
bintang syu’ra yamaniah, yang besarnya lima ratus kali lebih besar dari
matahari dan cahayanya lima puluh kali lebih dari cahaya matahari dan jauhnya
berjuta-juta km dari matahari. Bintang
ini menurut peenglihatan mata orang di bumi tetap pada tempatnya, tidak
berjalan dan tidak ada yang mengitariny, dia terletak pada jagat rayanya
tersendiri. Bintang ini memancarkan cahaya dengan kecepatan seribu mil per
detik. Anak bintang ini ada tiga buah yang mengiringnya, masing-masing bernama
Maya, Katra, dan bintang Syihun, yang cahaya ketiga bintang ini melebihi cahaya
matahari.
Bintang Maya
cahayanya 400 kali cahaya matahari, bintang Katra 480 kali cahaya matahari, dan bintang Syihun 1000 kali lipat cahaya
matahari. Adapun bintang Syuhail cahayanya 150 kali lebih kuat dari cahaya
matahari. Demikian juga dengan bintang
Majaratuz Zugra yang tidak tampak oleh mata tanpa adanya alat, yang pada hakikatnya
lebih besar dari matahari.
Adapun
Samukaramih yaitu bintang yang terletak di batas alam kita, bintang ini lebih cepat jalannya dan
lebih besar volumenya. Kecepatannya diperkirakan 370 mil dalam satu detik dan
cahayanya delapan ribu kali lipat dari cahaya matahari, sedangkan besar
volumenya 800 kali lebih besar dari matahari.
Benda-benda langit yang belum dikenal
Adapun benda-
benda langit lainnya yang belum dikenal jagat raya ini jumlahnya sama dengan
jumlah bintang-bintang. Diantara bintang-bintang yang dikenal itu telah
disingkapkan oleh Dr. Syamdad pada malam tanggal 24 november 1876, dalam
sekelompok gugusan bintang-bintang di langit ada sebuah bintang yang bernama
“Nafasini” gugusan ini empat hari sebelumnya telah diteropong, tapi pada malam
ke empat dia baru menampakkan. Bintang ini tampak pada tempat yang paling jauh,
bintang nafasini terletak pada derajat
ketiga dari derajat orbit bintang-bintang.
Pada akhir
tahun 1976, stasiun teropong bintang mengumumkan ada orang yang menampak
bintang Wailidi, nama ini diambil dari nama orang yang menyingkapkan rahasia
ini. Bintang ini baru saja lahir diantara bintang-bintang yang banyak itu.
Selama beberapa hari bintang ini memancarkan sinar yang kuat, sayangnya bintang
ini berakhir dengan mendadak, karena itu sampai sekarang bintang ini masih
menjadi penyelidikan ahli-ahli ilmu falak.[7]
BAB III
PENUTUP
A.
Ringkasan
Seperti yang
kita sepakati bersama, bahwa Al-Qur’an merupakan sumber dari berbagai ilmu
pengetahuan yang ditempatkan sebagai petunjuk untuk mengetahui berbagai hal.
Hal ini dikarenakan Al-Qur’an merupakan karya peling terindah dari Allah sang
nyan Penguasa serta Pelindung Jagad Raya, dalam makna, arti yang terkandung
didalamnya.
Karena itu,
perkembangan pencarian ilmu pengetahuan yang tersirat maupun tersurat
-penfsiran- mengalami perkembangan cara mengetahui semua itu, tidak terkecuali
pengetahuan astronomi.
Alhasil,
pengetahaun astronimi merupakan salah satu sel makna yang terkandung dalam
rentetan ayat-ayat Al Qur’an. Maka dari itu, pencarian makna ini terkenal dalam
macam penafsiran, sebagai tafsir ilmi. Perlu diketahui, penafsiran ini bukanlah
final dari makna yang dapat digali dari ayat-ayat pencerah itu (Al-Qur’an).
Tentulah, seiring dengan perkembangan waktu, berkembang pula metode, konsep dan
terori yang digunakan uncu mengali makna yang terkandung dalam ayat-ayat
pencerah ini, dimungkinkan akan masih ada macam-macam nama tafsir yang lahir
dari metode, cara baca teori dan konsep lainya.
Asstronomi,
merupakan cabang keilmuan yang membahas persoalan anatariksa dan hal yang
berkaitan dengannya. Bukan tidak mungkin
sesuatu yang tanpak oleh panca indra tidak dapat diketahui, dimengeri, dibaca,
dipahami bahkan dibuktikan keotentikannya, seperti halnya cabang keilmuan
Astronomi.
Adapun
korelasi apa yang terdapat antara teks AlQur’an dengan cabang keilmuan
Astronomi?, yaitu sebagai kandungan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan
pengetahuan Astronomi sebagai pembukti kebenaran secara ilmiah dan moderen atas
apa saja yang terkandung dalam Al-Qur’an, bahwa Al-Qur’an riil sebagai wahyu
Illahi tanpa tendensi asumsi campur tanggan makhluq-Nya, bukan juga pemaksaan penafsiran
atapun makna.
B.
Daftar pustaka
Abdul razaq
naufal, allah dari segi ilmu pengetahuan modern (surabaya : pt bina
ilmu) 1983
Nor Ichwan.
Muhammad, tafsir ‘ilmiy : memahami al-qur’an melalui pendekatan sains modern
(jogjakarta: menara kudus jogja), 2004
M. quraish
shihab, tafsir al-misbah,( jakarta): lentera hati, 2002
[1]
Abdul razaq naufal, allah dari segi ilmu pengetahuan modern, hal 30
[2]
Nor Ichwan. Muhammad, tafsir ‘ilmiy : memahami al-qur’an melalui pendekatan
sains modern, hal. 206
[3]
Bibel, Qur’an dan sains modern, terjemahan H.M. rasjidi, Hal 226
[4]Ibid,
Hal 227
[5]
M. Quraish shihab, Tafsir al-misbah, jilid 5 dan 13
[7]
Allah dari segi ilmu pengetahuan modern
Tidak ada komentar:
Posting Komentar